Masyarakat Lombok di Nusa Tenggara Barat (NTB) memiliki sebuah tradisi unik menangkap cacing laut atau Bau Nyale, yang dirayakan satu kali setiap tahunnya.
Pada tahun ini, Pemerintah Kabupaten Lombok Tengah, NTB telah menetapkan puncak Bau Nyale akan digelar pada Jumat (10/2/2023) dan Sabtu (11/2/2023) di Pantai Seger, Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika.
"Malam puncak Festival Pesona Bau Nyale dilaksanakan pada tanggal 10 Februari 2023 dan dilanjutkan dengan Pengambilan Nyale (Bau Nyale) pada tanggal 11 Februari 2023," kata Kepala Dinas Pariwisata (Dispar) NTB Jamaluddin Maladi dalam keterangan resminya, Kamis (9/2/2023).
Lebih lanjut, berikut fakta seputar tradisi Bau Nyale dari Suku Sasak yang Kompas.com rangkum buat kamu.
1. Apa yang dimaksud Bau Nyale
Bau Nyale tersusun dari dua kata, yakni Bau dan Nyale.
kata "bau" artinya menangkap, sedangkan "nyale" adalah sejenis cacing yang hanya muncul setahun sekali di beberapa lokasi tertentu di pantai selatan Pulau Lombok.
Nyale atau cacing laut ini dipercaya masyarakat Lombok sebagai jelmaan Putri Mandalika yang dapat mendatangkan kesejahteraan bagi mereka yang menghargainya, serta keburukan bagi orang yang meremehkannya.
2. Bau Nyale dan cerita Putri Mandalika
Masyarakat Lombok percaya, Nyale merupakan jelmaan dari Putri Mandalika. Legenda Putri Mandalika terkenal hampir di seluruh penjuru Pulau Lombok.
Menurut cerita, sang putri yang berparas cantik memilih menceburkan diri ke laut guna menghindari peperangan antar-pangeran yang merebutkan dirinya.
dahulu terdapat sebuah Kerajaan Seger yang dipimpin oleh raja yang arif dan bijaksana bersama dengan permaisurinya. Mereka dikaruniai seorang putri yang cantik.
Semasa kecilnya, sang putri dijuluki "tojang beru" (baru muncul). Ketika menginjak dewasa, kecantikannya begitu memesona. Namanya pun diubah menjadi Putri Mandalika yaitu Putri yang memiliki cahaya kejelitaan.
Kecantikan Putri Mandalika memikat hati banyak pangeran. Para pangeran itu kemudian melamarnya, namun semuanya ia tolak lantaran khawatir jika menerima salah satu lamaran, maka akan menimbulkan persaingan tidak sehat di antara para pangeran dan berakibat peperangan.
Namun, dua orang pangeran sangat bersikeras ingin meminangnya. Mereka mengancam akan menghancurkan kerajaan jika Putri Mandalika tidak menerima pinangannya.
Putri Mandalika pun gundah dan memohon petunjuk pada Tuhan. Setelah mendapat petunjuk melalui mimpi, Sang Putri akhirnya memutuskan untuk menceburkan diri ke laut lepas.
Sebelum terjun ke laut, Putri Mandalika konon berseru:
"Wahai ayahanda dan Ibunda serta semua pangeran rakyat negeri Tonjang Beru yang aku cintai. Hari ini aku telah menetapkan bahwa diriku untuk kalian semua. Aku tidak dapat memilih satu di antara pangeran. Karena ini takdir yang menghendaki agar aku menjadi nyale yang dapat kalian nikmati bersama pada bulan dan tanggal saat munculnya nyale di permukaan laut."
Sesaat setelah Sang Putri menceburkan diri, muncullah binatang kecil yang jumlahnya sangat banyak yang kini disebut sebagai nyale.
Binatang itu berbentuk cacing laut. Mereka menduga bahwa binatang itu adalah jelmaan dari Sang Putri.
Lalu beramai-ramai mereka berlomba-lomba mengambil binatang itu sebanyak-banyaknya untuk dinikmati sebagai rasa cinta kasih.
3. Kapan Bau Nyale muncul
Berdasarkan cerita Putri Mandalika yang beredar, sang putri menceburkan diri ke laut pada tanggal 20 bulan ke-10 tahun sasak.
Maka dari itu, tradisi menangkap nyale berlangsung setiap tanggal 20 bulan 10 dalam penanggalan suku sasak yang pada tahun ini jatuh pada hari Sabtu (11/2/2023).
4. Cara menangkap nyale
Wujud nyale sendiri begitu unik lantaran berwarna-warni. Dibutuhkan kesabaran agar tangkapan nyale banyak, sebab cacing ini cukup lincah dan licin.
Adapun proses menangkap Nyale dilakukan menggunakan kayu berbentuk huruf ‘U’ yang diikat dengan jaring di belakangnya, dikutip dari Kompas.com, Rabu (16/2/2022).
Nyale yang bermunculan dari dalam karang itu kemudian diserok dengan jaring tersebut.
Begitu mendapat nyale, ada warga yang langsung memakan cacing berprotein tinggi ini tanpa diolah terlebih dulu. Namun ada pula yang membawanya pulang untuk dimasak dan dimakan bersama keluarga.
Posting Komentar
0Komentar